KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya kami tujukan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman serta islam dan yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga makalah FILSAFAT PENDIDIKAN ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat beriring salam senantiasa kita hadiahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang yang disinari dengan akhlak yang mulia, yang semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir kelak. Amin.
Adapun pembuatan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Filsafat Pendidikan dengan judul “Pemikiran Filsafat Pendidikan Spiritualisme Mesir, Persia, Cina dan India ”. Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangatlah kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua yang membacanya. Amin.
Medan, Maret 2011
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I
Pendahuluan.......................................................................................................... iii
BAB II
Pemikiran Filsafat Pendidikan Spiritualisme Mesir, Perrsia, Cina dan India
A. Mesir........................................................................................................... 1
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
B. Persia..........................................................................................................
........................................................................................................................ 1
...................................................................................................................
C. Cina............................................................................................................
1. Periode Kuno
2. Periode Pertengahan............................................................................
3. Periode Modern....................................................................................
4. Periode Kontemporer...........................................................................
D. India...........................................................................................................
a. Peride Weda...................................................................................
b. Periode Wiracarita...........................................................................
c. Periode Sutra-sutra.........................................................................
d. Periode Skolastik.............................................................................
BAB III
KESIMPULAN..........................................................................................................
Penutup..................................................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN SPIRITUALISME MESIR, PERSIA. CINA DAN INDIA
A. MESIR
Tanah Mesir terletak dibagian Utara benua Afrika. Disebelah Utara berbatas dengan Laut Tengah, dan disebelah Timur dengan Laut Merah, di selatan terdapat negara Sudan dan di barat negara Lybia. Salah satu kebudayaan di Mesir adalah tulisan. Dalamdinding-dinding kuburanpara penguasa di tanah Mesir kuno banyak dijumpai tulisan-tulisan. Mingkin abjadlah yang merupakan sumbangan Mesir yang tak terpermai harganya bagi kemanusiaan.[1]
Sekitar tahun 3000 SM raja-raja mesir mulai membangun piramida-piramida. Bangunan-bangunan itu terbuat dari batu yang megah sekali bentuknya.piramida-piramida itu sebenarnya adalah kuburan tempat berdiam raja-raja yang telah meninggal dunia. Orang-orang Mesir percaya bahwa nyawa manusia akan tetap hidup terus, bilamana badan jasmaninya teteap utuh, karena itu orang-orang Mesir membuat mayat-mayatnya menjadi alat perlengkapan sebagaimana dulu yang ada di dunia.[2]
Orang Mesir Purba menyembah banyak dewa. Dewa-dewa itu ada yang khusus milik desa, daerah dan kota. Adapula yang dihormati oleh seluruh bangsa Mesir. Dewa yang tertinggi adalah RE yaitu dewa matahari, ia juga dinamakan amon. Dewa Re ini dihormati dengan cara membangun kuil-kuil dengan obelisk. Terkenal pula Dewa Osiris yang menghakimi dan merajai orang-orang yang telah meninggal dunia. Istrinya bernama Isis. Orang Mesir Purba juga menganggap beberapa binatang sebagai keramat seperti; buaya, sapi jantan dan kucing[3].
PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DI MESIR :
· Peserta didik harus mengabdi kepada guru
· Kehidupan harus dijalani dengan kebaikan agar mendapat kebaikan yang abadi
· Hidup didunia sangat berpengaruh untuk selamanya
B. PERSIA
Sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui salah satu cerita dalam kategori filsafat spiritualisme kuno diantaranya pada tahun 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya Zarathutsthara dari keluarga Sapitama, yang lahir di tepi sebuah sungai, yang di tolong oleh Ahura Mazda tepatnya pada masa raja-raja Akhmania[4]. Zarathustra umumnya dianggap seorang tokoh bersejarah dan masa kehidupannya tidak jelas. Perkiraan yang dikemukakan bervariasi, ada yang menyebut bahwa ia hidup sekitar Abad ke-17 SM, tetapi ada juga yang menyebutkan ia hidup pada abad ke-6 SM. Nabi Zarathustra ini adalah nabi yang mempopulerkan agama Persia kuno.Awal mula munculnya agama Persia kuno, oleh karena nabi Zarathustra ini mendapat sebuah pencerahan. Setelah`mendapat pencerahan, Zarathustra merasa yakin bahwa ia adalah orang yang terpilih untuk menyebarkan injil. Hal inilah yang membuat sehingga ia membentuk sebuah agama baru yang bernama Zoroastrianisme. Adapaun ajaran Zoroatrianisme mengakui bahwa adanya dua kekuatan atau dewa, yaitu:
- Ahura Mazda (Ormuz) disebut dewa kebaikan (Dewa Terang).
Penduduk Persia mengharuskan kaumnya untuk mentaati Ahura Mazda atau yang kerap disebut dewa kebaikan, dimana seluruh yang dilakukannya adalah perbuatan terpuji. Dengan berbuat kebajikan berarti telah menolong Ahura Mazda untuk mengalahkan Ahriman. Berbuat baik disini dapat diartikan memurnikan pikiran, menyayangi binatang menolong sesama manusia dan perbuatan lain yang terpuji.
- Ahriman (Angro Mainyu) disebut dewa kejahatan (Dewa Kegelapan).
Ahriman merupakan dewa kejahatan yang dipercaya oleh penduduk Persia. Dewa yang kerap disebut dewa kegelapan ini mempunyai pengikut yang melakukan kejahatan juga. Seluruh kejahatan yang dibuat manusia merupakan bentuk pengamalan terhadap Ahrimn. Berdusta merupakan salah satu dari bentuk peribadatan terhadap Ahriman.
PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DI PERSIA :
· Berbuat kebajikan
· Meninggalkan kejahatan
· Kejujuran
· Saling menolong sesama manusia
C. CINA
Peradaban Cina adalah satu peradaban tertua dan terkemuka di dunia. Peradaban Cina telah tua ketika orang-orang Barat masih dalam ayunan kehidupan awal pertumbuhannya. Dalam rentang waktu 2500 tahun perkembangan filsafat Cina dapat di bedakan dengan empat priode besar.
Filsafat Cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyarakat . Filsafat Cina mempunyai ciri khus, yaitu yang menjadi tema dari filsafat dan kebudayaan adalah perikemanusiaan atau jen. Menurut Confusius jen mempunyai dua segi, segi positif (chung) yang dinyatakan dengan “Apa yang kau suka dari orang lain berbuat kepadamu berbuatlah hal itu kepadanya”. Dan segi negatif (Shu) yang dinyatakan dengan “Apa yang tidak kau suka dari orang lain berbuat kepadamu janganlah kau berbuat hal itu kepadanya”[5]
1. Periode Kuno
Periode kuno ini dimulai jauh sebelum Masehi hingga 221M, periode ini juga dikenal dengan periode seratus aliran. Mencakup antara lain petani, ahli diplomat, ahli strategi militer, dan banyak profesi lainnya. Mereka semua sepakat mengenai satu hal yaitu perhatian mereka yang mendalam pada manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Aliran yang paling terkenal adalah Konfusianisme, Taoisme, Aliran Ying Yang dan Legalisme. Sebenarnya ada seratus mazhab yang ada pada saat itu, namun yang paling terkenal adalah Kunfusius dan Taoisme.
Aliran Konfusianisme mendapatkan namanya dari seorang filsuf Kung Fu-Tzu yang hidup pada 551-479 SM. Dia sebenarnya seorang guru dan administrator pemerintah tetapi filsafat duniawinya memberi bentuk kepada sejarah dan bangsa Cina berabad-abad lamanya. Ia menekankan perlunmya seni sastra , prinsip-prinsip prilaku dan ke tatanegaraan. Ia juga mementingkan pendidikan yang di tujukan untuk membentuk manusia yang super, yang menurutnya adalah dapat tumbuh dikalangan aristokrat yang mempunyai sifat-sifat luhur. Sifat luhur itu adalah kebijaksanaan, prikemanusiaan dan kesatria yang di motivasi oleh kebenaran bukannya keuntungan serta yang mempelajari jalan dan mencintai manusia.
Aliran Taoisme adalah suatu sistem kebenaran moral, ungkapan dari langit Tao artinya jalan yakni jalan untuk mencapai kebenaran da kejayaan. Pendiri aliran ini adalah Lao Tzu sekitar abad ke-6 SM . Bagi kebanyakan pengikut aliran ini Tao disamakan denggan langit, Sang Maha Esa yang kekal, spontan, tak bernama, dan tak dapat digambarkan[6]. Mazhab ini terdiri dari orang-orang terpelajar dan mengalami kekecewaan karena keadaan negara pada waktu itu mengalami kemunduran.
Pokok ajaran taoisme terutama mengenai metafisika dan filsafat sosial. Mazhab ini mengajarkan untuk mencapai kebahagiaan manusia harus hidup dengan wu wei, artinya tidak berbuat apa-apa yang bertentangan dengan alam. Orang yang bahagia adalah orang yang dekat dengan alam, mereka itu adalah para petani, nelayan, dan para biarawan.[7]
Taoisme menganggap adanya suatu pandangan yang mistik bahwa alam semesta sebagai sistem yang sempurna dan ideal berjalan menurut suatu kekuatan ber-Tuhan. Sorgapun mempunyai hukum alam sendiri, tetapi hukum tentang manusia seperti itudan dunia merupakan kekuasaan dan kendali Tao, yang memberi petunjuk dan merupakan suatu yang memerintah alam semesta[8]
2. Periode Pertengahan
Periode pertengahan terbantang dari tahun 221 sebelum Masehi hingga tahun 960 sesudah Masehi, pada tahun ini dinasti Chin menjadi penguasa Cina mengalahkan negara-negara Feudal kecil yang membuat Cina tercerai berai sebelumnya. Dinasti Chin berhasil berkuasa berkat dukungan dari aliran filsafat legalisme yang menekankan supermasi hukum dan perundangan formal. Dinasti Chin memaksakan filsafat totalitarian aliran Legalisme, menindas semua aliran lain dan membakar buku mereka.
Dinasti Chin tidak lama bertahan, dinasti ini di tumbangkan oleh Dinasti Han. Disinilah muncul aliran-aliran lain. Namun pemerintah mengambil satu keputusan dan menetapkan aliran konfusianisme sebagai ideologi negara pada taun 136 SM. Dan terus bertahan sebagai aliran yang berpengaruh di Cina bahkan ketika Aliran Komunisme berkuasa pada abad ke-20. Ini tidak berarti tidak ada aliran lain yang berkembang, tetapi semua aliran yang tumbuh dan berkembang mampu diserap dan di adopsi oleh Konfusianisme.
Fenomena lain yang terjadi pada priode ini adalah masuk dan berkembangnya Buddhisme diwilayah Cina. Pada awalnya aliran ini hanya berkembang dipenduduk awam saja, kemudian pada abad ke-3 diikuti oleh kaum terpelajar dan bangsawan, dan menjadi sistem filsafat yang berbaur dengan Konfusianisme dan neo-Taoisme.
3. Periode Modern
Priode ini mencakup rentang waktu sejak 960 hingga1912 dan di tandai dengan timbul dan berkembangnya aliran neo-Konfusianisme . tokoh yang terdapat pada priode ini adalah Chou Tun-I 1017-1073. Ia menafsirkan kembali doktrin-doktrin lama dan berpendapat bahwa dalam evolusi alam dari yang Maha Agung melalui dua kekuatan yang disebut kekuatan Ying dan Yang kedua kekuatan ini secara fundemental senbenarnya satu dan yang satu ini secara aktual dibedakan menjadi watak. Watak dan nasib dan benda akan benar alam keadaan mereka yang berbeda-beda, apabila mereka mengikuti prinsip universal yang sama. Inilah tesis sentral neo-Konfusianisme untuk beberapa abad sesudahnya. Pengaruh Filsafat Buddhisme yang mengatakan satu dalam semua dan semua dalam satu terlihat sekali dalam aliran baru konfusianisme ini.
Pada penggal akhir periode ini neo-Konfusianisme berpecah menjadi dua aliran, yang satu lebih menekankan pendekatan rasional dan yang lain menitik beratkan pemahaman idealis
4. Periode Kontemporer
Kesan pertama melihat perkembangan filsafat Cina di abad 20 adalah kekacauan dan kebingungan, meskipun ada beberapa kecenderungan khusus yang dapat ditandai. Pertama adalah masuknya pemikiran Barat. Pada tiga dasawarsa pertama abad 20 pemikiran Darwin Nietzsche, dan lain-lain mulai memasuki kancah perbincangan filosofis kalangan terdidik. Diantaranya pemikiran William James dan Dewey dari amerika mendapat pasaran yang bagus , terutama karena sejalan dengan pendapat Hu Shih , pemimpin revolusi intelektual Cina. Meskipun pada akhirnya Marxisme lah yang kemudian lebih berpengalaman dan akhirnya di tetapkan menjadi filsafat negara yang mapan.[9]
PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DI CINA :
· Kebijaksanaan
· Perikemanusiaan
· Kesatria
· Mengutamakan kebenaran bukan keuntungan
· Mencintai manusia
· Menjauhi peperangan
· Tidak menentang dengan alam
D. INDIA
Menurut Rabindranath Tagore (1861-1941) filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya dunia tidak dialami sebgai tempat keterasingan ataupun penjara. Orang India bukan beljar untuk menguasai dunia, tetapi untuk berteman dengan dunia[10]
Semua filsafat muncul dari pemikiran-pemikiran yang semula bersifat keagamaan, karena kurang puas akan keterangan-keterangan yang diberikan dan dipaparkan agama, atau karena sebab lainnya akal manusia mulai dipakai untuk memebri jawaban atas segala persoalan yang dihadapinya.
Namun menurut Harun Hadiwijono (1985), pertumbuhan filsafat India keluar dari agama itu meliputi suatu proses yang sangat pelan-pelan. Jikalau zaman Upanisad pada umumnya dipandang sebagai saat kelahiran sang bayi filsafat India maka bayi sudah ada di kandungan sang ibu “Agama Hindu” selama lebih dari sepuluh abad. Di dalam waktu yang sekian lama itu “embrio filsafat India “ berkembang sehingga akhirnya lahir sebagai filsafat India, sekalipun setelah kelahirannya filsafat India tidak pernah melepaskan diri dari pelukan sang ibu “Agama Hindu”[11]
Filsafat India cenderung bersifat religius dan etis. Kata “filsafat’ biasanya dipadankan dengan kata “darsana” dalam bahasa India. Darsana dalam tradisi pemikiran India berarti “melihat kebenaran” dan menerapkannya untuk menjawab permasalahan sehari-hari di dalam menjalani sebuah kehidupan. Bagi pemikiran India tujuan mempelajari filsafat bukan sekedar memperoleh pengetahuan demi pengetahuan (science for science) semata atau hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu, akan tetapi untuk mengungkapkan taraf kehidupan yang lebih tinggi serta menghayatinya, yakni kehidupan yang membawa berkat atau realisasi jiwa, dalam pemikiran India adalah sangat sulit untuk memisahkan anatar filsafat, agama dan etika. Karena sesungguhnya hal tersebut memang tak dapat dipisahkan seperti halnya satu tubuh yang telah menjiwa menjadi satu.
Karena begitu eratnya hubungan antara filsafat dengan agama, maka filsafat India tak dapat dipisahkan dengan kedua agama yang bersal dari India yaitu agama Budha dan terutama Hindu. Agama Hindu termasuk salah satu agama tertua dalam sejarah manusia yang amsih bertahan dan berkembang sampai sekarang. Perkembangan agama ini yang sudah begitu lama dan berkembang mengakibatkan sulitnya menerangkan pokok-pokok ajaran Hindu. Kesulitan ini juga karena terdapat berbagai teks yang dapat dinamakan kitab suci agama Hindu. Pertama adaah Weda(pengetahuan suci) yaitu teks-teks yang diperkirakan ditulis 1500 sebelum masehi. Yang terutama diantaranya adalah Rig weda. Berisikan lebih seribu syair pujian kepada dewa. Dari segi pemikiran fisolofis, kitab suci Hindu yang lebih penting barangkali adalah Upanishad yang ditambahkan sekitar abad ke-8 hingga ke-5 SM. Di dalam kitab ini dijelaskan inti dan arti keyakinan. Sesudahnya baru muncul kitab Bagawadgita (Nyanyian Tuhan) yang paling termasyhur. Membaca kitab ini berarti berkenalan dengan tema-tema pokok pemikiran Hindu dan praktek-praktek kehidupan Hindu.
Periodesasi Filsafat India
Sejarah filsafat India dibagi menjadi empat periode, yaitu periode Weda (1500-600 SM), periode Wiracarita (600SM-200M), periode Sutra-sutra (200M-sekarang), periode Skolastik (200M-sekarang).
a. Periode Weda
Periode ini ditandai dengan kedatangan bangsa Arya dan penyebarannya di India. Bangsa Arya mulai menanamkan kekuasaaannya di India, demikian juga kebudayaan Arya berkembang dan berpengaruh. Pada periode Weda ini tercatat berdirinya perguruan-perguruan di hutan-hutan dimana idealisme yang tinggi dari India mulai berkembang secara perlahan-lahan. Dan pada periode ini pemikiran yang timbul masih diselimuti mitologi. Selama periode kuno ini terjadi perkembangan kebudayaan Hindu yang menyerap berbagai aliran mitologi, ritual dan doktrin.
Zaman ini belum dapat disebut zaman filsafat dalam arti yang sebenarnya atau dalam arti teknis. Periode ini adalah suatu periode dimana orang masih meraba-raba dan mencari-cari diaman pikiran dan takhyul susul menyusul. Konsep-konsep religi pada zaman ini masih bersifat mitologis
Literatur suci ini disebut dengan Weda, jarak waktu abtara pewahyuan yang pertama dan pembukuan yang terakhir meliputi zaman hingga berabad-abad, kira-kira selama 1500 tahun. Pembukuan ini bukan terjadi sekaligus, melainkan bertahap, pertama-tama terkumpullah bagian Weda yang disebut dengan Weda Samhita, kemudian bagian Weda yang disebut Brahmana dan akhirnya bagian Weda yang disebut Upanisad.
Jadi, yang menonjol untuk filsafat India adalah dalam Upanisad, yakni ajaran tentang hubungan antara Atman dan Brahman. Atman adalah segi subjektif dari kenyataan diri manusia. Brahman adalah segi objektif makrokosmos alam semesta. Upanisad mengajar bahwa Atman dan Brahman memang sama dan manusia mencapai keselamatan (‘moksa’,’mukti’) kalu ia menyadari identitas Atman dan Brahman.
b. Periode Wiracarita
Periode ini sering disebut sebagai periode epic atau periode hikayat cerita-cerita kepahlawanan. Periode ini meliputi berkembangnya Upanisad-upanisad yang tertua dan sistem-sistem filsafat (Darsyana). Hikayat Ramayana dan Mahabrata timbul dalam periode ini dan menjadi saraan pemancar amanat baru yang datang dari hubungan antara sifat kepahlawan dan sifat ketuhanan di dalam diri manusia. Dalam periode ini juga terjadi pendemokrasian gagasan Upanisad ke dalam ajaran Budhisme, Jainisme, Syiwaisme,dan Wishnuisme.
c. Periode Sutra-sutra
Pada periode ini bahan-bahan yang berupa konsep-konsep pemikiran yang sedemikian banyaknya disederhanakan dan dimodifikasi dalam bentuk rangkuman, skema kefilsafatan yang ringkas yang disebut juga dengan Sutra-sutra. Dalam periode ini juga tumbuh dan berkembangnya berbagai aliran yang saling berinteraksi, baik dalam bentuk persaingan maupun persekutuan. Dalam periode ini juga menekankan pada bakti (penyembahan) dan peribadatan.
d. Periode Skolastik
Periode ini ditandai dengan perkembangan pemikiran filsafat dalam meresponsi pemikiran dari luar. Baik respons untuk membantah maupun respons bersifat menerima. Pemikiran luar yang pertama kali datang dari Arab-Islam, Persia dan kemudian belakangan Barat.
Filsafat Budha merupakan kelanjutan dan memiliki banyak persamaan dengan filsafat Hindu. Akan tetapi juga berbeda secara radikal dalam berbagai hal. Budhisme memisahkan diri secara fundamental dari Hinduisme dengan penolakannya terhadap tulisan-tulisan Weda. Konsep Brahman dan Atman, Gautama sebagai pendirinya juga menolak otoritas yang dimiliki para dewa dan mengajari pengikutnya untuk bersandar secara sepenuhnya kepada sumber-sumber dalam diri mereka sendiri. Ia juga menolak sistem kasta yang berlaku pada Hinduisme.[12]
Agama Hindu di India muncul pada periode Wiracarita, disinilah didapat cerita-cerita yang sampai sekarang masih sering kita dengar, dalam agama Hindu tidak pernah menyalahkan dewa, seluruh yang dilakukan dewa adalah benar, seperti dalam kisah Krisna, dewa nakal tapi masih tetap disembah. Selain itu mereka juga membeda-bedakan kasta, kasta sudra yang dianggap paling rendah derajatnya tidak boleh menikah kecuali dengan kasta itu sendiri. Nah hal ini lah yang membuat sebagian umat Hindu memisahkan diri.
Budha merupakan agama yang ada setelah hindu di India, agama ini menentang anggapan hindu yang menyatakan bahwa dewa selamanya benar. Dalam Budha menyatakan bahwa Manusia dapat menjadi dewa dan dewa dapat menjadi manusia. Mereka mempercayai karma, yaitu hukuman yang kekal tapi tidak terikat.
PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DI INDIA:
· Berbuat baik
· Meninggalkan kejahatan (dapat menjadi karma)
· Larangan zina
· Larangan mencuri
· Larangan berdusta
· Bersosialisasi dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ahmad Nur Fadhil. Filsafat Umum.2001. iain press. Medan
Ø Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. 2005.Bumi Aksara; Jakarta
Ø Kutojo Sutrisno, Sejarah Dunia.1968.Widjaya.Jakarta.
Ø Jalaluddin dan Abdullah. Filsafat Pendidikan. 1997. Media Pratama. Jakarta.
[1] Sutrisno Kutojo, Sejarah Dunia.1968.Widjaya.Jakarta. hal 16
[2] Sutrisno Kutojo, Sejarah Dunia.1968.Widjaya.Jakarta hal. 17
[3] Sutrisno Kutojo, Sejarah Dunia.1968.Widjaya.Jakarta hal 20
[4] Jalaluddin dan Abdullah. Filsafat Pendidikan. 1997. Media Pratama .hal 33
[5] Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. 2005.Bumi Aksara; Jakarta. Hal 164
[6] Nur Ahmad Fadhil. Filsafat Umum.2001. iain press. Medan hal 207
[7] Nur Ahmad Fadhil. Filsafat Umum.2001. iain press. Medan hal 208
[8] Jalaluddin dan Abdullah. Filsafat Pendidikan. 1997. Media Pratama. Jakarta.hal.36
[9] Nur Ahmad Fadhil. Filsafat Umum.2001. iain press. Medan hal.203
[10] Drs. Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.2008. PT Bumi Aksara. Jakarta. hal 167
[11] Ibid hal 167
[12] Nur Ahmad Fadhil. Filsafat Umum.2001. iain press. Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar